Dalam perlombaan ini, peserta diuji pada tiga aspek utama. Pertama, Shihah al-Kiroah, yakni ketepatan membaca teks kitab kuning.
Kedua, ketepatan terjemahan, yang menilai kemampuan peserta untuk menerjemahkan teks ke dalam bahasa yang mudah dipahami.
Ketiga, Fathum Maani, yang menguji pemahaman dan interpretasi makna dari teks kitab.
“Lomba ini bukan hanya kompetisi, tetapi juga ajang pelestarian tradisi keilmuan Islam,” ujar Haji Nur Alam.
Bacaan Lainnya:
Ia juga mengapresiasi antusiasme dari 29 kecamatan yang telah mengirimkan perwakilan terbaiknya. Hal ini menjadikan lomba semakin kompetitif sekaligus inspiratif.
Para peserta tidak hanya menunjukkan kemampuan membaca, menerjemahkan, dan memahami kitab kuning, tetapi juga memupuk kecintaan terhadap tradisi keilmuan Islam.
Salah satu tujuan utama perlombaan ini adalah melahirkan generasi yang mencintai ilmu agama.
“Kami berharap, terutama bagi peserta pemula, lomba ini menjadi pintu awal untuk terus belajar dan mendalami kitab kuning.